Posts RSS RSS

SEJARAH BLITAR 5

/



Sejak abad XII Masehi, tampilah Pusat Kerajaan baru yang berpusat di sekitar Kediri sekarang. Kerajaan itu bernama Panjalu, yang daerah kekuasaannya meliputi wilayah antara gunung Wilis di sebelah Barat sampai gunung Kawi di sebelah Timur. ( Kawi dalam hubungan ini berarti gunung ynag terletak disebelah Timur).
Dewasa ini daerah kekuasaan Kerajaan Kediri / Panjalu ini termasuk daerah Kabupaten Kediri, Tulungagung, Blitar dan Malang , suatu hal yang cukup menarik bahwa letak prasasti raja-raja Kediri itu hampir sebagian besar terdapat di daerah Kabupaten Blitar sekarang. Memang letak pendirian prasasti itu dapat menunjukkan aktifitas politik, ekonomi serta kebudayaan masa itu. Prasasti-prasasti raja-raja Kediri itu, memuat nama desa-desa kuno di daerah Kabupaten Blitar, yang sekarang sebagian besar masih bertahan nama seperti ketika diresmikan untuk pertamalainya. Nama-nama desa itu karena perkembangan jaman kemudian berubah. Desa-desa yang memegang peranan penting semasa menjadi daerah kekuasaan kerajaan Panjalu, antara lain ialah dengan Pandelegan, dekat Pikatan, desa Mleri, yang sekarang termasuk daerah Kecamatan Srengat. Demikian pula penduduk desa-desa Penumbangan, (Brumbung) Karangrejo, Talan (Gurit), Jepun.
Nama-nama desa itu dewasa ini termasuk daerah Kecamatan Wlingi, kesamben dan Gandusari. Penduduk di desa-desa tersebut telah menunjujkkan kebaktiannya kepada raja, sehingga di anugerahkan status swatantra dengan hak Sima yang turun-temurun. Daerah disebelah Selatan sungai Brantas pada masa Pemerintahan Kerajaan Kediri pun tampil dalam sejarah.Hal itu terbukti dengan adanya sebuah prasasti yang berhubungan dengan penduduk desa Jaring, Sumberarum Kecamatan Lodoyo sekarang. Dan selama hampir 800 tahun yang lalu, nama desa Jaring ini tetap bertahan sampai sekarang, demikain pula letak prasasti batunya berada di tempat semula, ketika diresmikan 8 abad yang lalu.
Daerah Blitar semasa Pemerintahan raja-raja Singasari - Majapahit Sekitar abad ke XIII - XV Masehi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja di Tumapel, merupakan babak baru dalam sejarah Jawa Timur umumnya, daerah Kabupaten Blitar khususnya. Kerajaan Singasari yang berkembang selama kurang lebih satu abad, tidak banyak menimbulkan perubahan bagi sejarah daerah Kabupaten Blitar. Terdapat petunjuk bahwa daerah sepanjang sungai Brantas, masih mendapat perhatian yang penting. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pertulisan (inkripsi) pada sebuah arca Ganesha, yang sekarang berada di desa / dukuh Bara, Kademangan. Inskripsi itu merupakan kalimat yang mengandung angka tahun (Chronogram) yang berbunyi : Hanaghana hana Bhumi, yang bernilai angka 1611, atau tahun Saka 1161, bertepatan tahun Masehi 1239. (Bernet Kempres, 1959; Veth, Eigen Haard, 1876:143, Ganesa, metafbeelding van het Ganesa beeld te Bara).
Adanya data tersebut membuktikan bahwa desa Bara sekarang dahulu telah dikenal semasa Pemerintahan Raja Anusapati, (1227-1248) dari Singasari. Adanya patung Ganesa itu sendiri membuktikan bahwa di daerah kademagan sekarang dikenal adanya pusat bengkel (atelir) seni patung. Apakah artinya Ganesa pada tepi sungai Brantas itu? Sebagaimana dikenal dalam mitologi Hindu, Ganesah adalah dewa yang menolak kekuatan jahat atau disebut sebagai Wigniswara.Penempatan patung itu selain merupakan pernyataan adanya kekuasaan raja Singasari sekaligus merupakan penolak bahaya, memberikan perlindungan keselamatan bagi orang-orang yang menyebrang sungai Brantas.
Daro Lodoyo ditemukan katak yang memuat angka tahun Saka 1213 atau 1291 Masehi. (Knebel, ROC, 1908, :24). Data tersebut berhubungan dengan masa pemerintahan Raja Kertanegara (1268-1292 M). Sebuah prasasti dari raja ini ditemukan di desa Petungamba yang kini berada di muka Pendopo kabupaten Blitar. (Brandes, OJO: LXXX, hal : 193-195). Prasasti yang berangka tahun 1191 Saka atau tahun 1169 M ini memuat nama desa Petungamba.
Bagaimanakah keadaan daerah Blitar pada masa pemerintahan Raja-raja Singasari tidak banyak diperoleh. Namun dapatlah dimaklumi bahwa pusat Pemerintahan yang berada disebelah Timur Gunung Kawi ini lebih banyak menaruh perhatian kepada daerah sekitar Malang. Akan tetapi sebuah bangunan suci yang terletak di desa Sawentar sekarang sangat peting untuk menunjukkan hubungan antara daerah Blitar dengan pusat Pemerintahan di Tumapel.
Ditinjau dari sudut kebudayaan, bangunan candi Sawentar itu memperlihatkan persamaan arsitektur serta ornamentik dengan bangunan candi zaman Singosari, yaitu dengan candi Kidal. (Bernet Kempers, 1959).
Kalau hal itu dapat diterima, maka candi Sawentar ini paling tidak sezaman dengan candi Kidal, yang dikenal sebagai Makam Raja Anusopati. Dengan demikian dapatlahdipahami bahwa Candi itu menunjukkan bukti adanya hubungan antara penampilan daerah Blitar sebagai daerah yang penting dari Kerajaan Singosari. Kenyataan ini pentin untuk membuktikan adanya hubungan kesinambungan sejarah daerah kabupaten Blitar, dengan pusat kekuasaan politik di Jawa Timur, sejak abad ke-X sampai pada saatnya Blitar menjadi pusat aktivitas politik, sosial budaya, yang menandai kehadirannya dengan kelahirannya kelak dan peranannya sebagai ibukota kabupaten yang sebenarnya.
Bilamanakah Blitar mulai berperan sebagai pusat Pemerintahan?Penentuan titi mangsa lahirnya Blitar sebagai pusat pemerintahan merupakan jawaban atas masalah hari pendirian Pemerintah Daerah yang kemudian menjadi Kabupaten Blitar. Dari berbagai prasasti yang dipandang sebagai bukti autentik seperti terurai atas, tidak terdapat sebuahpun yang memuat nama Blitar sebagai nama tempat pusat Pemerintahan. Suatu hal yang pasti bahwa beberapa nama desa atau tempat yang disebutkan dalam prasasti-prasasti itu berada atau termasuk wilayah Kabupaten Blitar sekarang. Kenyataan itu membuktikan bahwa (sebagian) daerah Blitar sejak sepuluh abad yang lalu telah menjadi pusat kehidupan masyarakat yang penting. Berita agak pasti mengenai pertumbuhan Blitar sebagai pusat Pemerintahan mulai ada sejak awal pemerintahan Raja-raja Majapahit. Sebagaimana dapat dibuktikan dalam sejarah Kerajaan Majapahit lahir setelah Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Tartar Ku Bilai Khan pada tahun 1293 M. (Pararaton:33)

2 comments:

umi_e said...

salam dari kak e... semoga sejahtera hendaknya :)jika punya masa mampir ya di 'dapur' saya :)

ratnahar said...

Salam kenal.2001 saya menulis skripsi tentang ganesha candi angka tahun. namun setelah menenukan banyak referensi saya sampai sekarang masih penasaran dengan Ganesha Bara dari Kademangan karena kekayaan ornamennya. tapi saya belum pernah melihat bentuk aslinya. Kupikir arca yang asli ada di Leyden. apakah ada yang lain yang ada di Kademangan? Sungguh menarik. nanti saya akan survey lagi jika pulang ke Blitar. Seperti halnya Sedyawati, saya pun sangat interest dengan arca-arca Ganesha yang begitu banyak data kartotiknya di museum Blitar. Mengapa begitu? Sungguh harus banyak diteliti. Thanks...

Welcome to our site

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "