Posts RSS RSS

SEJARAH BLITAR 2

/


Jika semua yang dikemukakan diatas itu benar, maka jalan Selatan melalui Blitar itulah yang paling mudah ditempuh kalau dibandingkan dengan yang lainnya. keadaan alamnya memang memungkinkan hal itu.
Permukaan tanahnya bolh dikata tidak menunjukkan relief yang tajam. Sungai besar Brantas memotong daerah ini seakan-akan membuat jalan bagi manusia yang ingin melintasi daerah ini. Bukan rahasia lagi bahwa di zaman kuno ( dan di zaman sekarang di daerah penduduknya yang masih primitif) jalan gerak manusia itu pada umumnya ditentukanoleh sungai. Maka atas dasar semua itu krianya bolehlah kita kesimpulkan bahwa di zamandulu ( dan samapi sekarang ) daerah Blitar itu merupakan daerah lintasan antara Daha (Kediri) dan Tumapel (Malang) terdekat dan termudah hingga banyak ditempuh. Disinilah letak arti penting daerah Bltiar : daerah perbatasan yang menguasai lalu lintas antara dua daerah atau wilayah karena yang di zamanya saling bersaing ( Panjalu dan Jenggala, Daha dan Singosari ). Tidak mustahil bahwa banyaknya prasasti yang ditemukan di daerah Blitar ini (± 21 buah) menunjuk ke arah hal itu.
Bahwa Blitar merupakan daerah perbatasan antar Daha dan Tumapel mungkin dapat kita simpulkan dari peristiwa yang tercantumdalam kitab Negarakertaagama, empu Bharada atas permohonan raja Airlangga membagi kerajaan menjadi dua ialah kerajaan menjadi dua ialah kerajaan Panjalu dan Jenggala. Ini dilaksanakan dengan terbang sambil menuangkan air dari sebuah kendi (Kagarakertagama, Nyanyian 68 : 1,2,3). Kiranya air ini menjadi sungai yang kemudian menjadi batas antara Panjalu dan Jenggala. Sungai apakah ini sekarang belum dapat diketahui dengan pasti. Tetapi ada beberapa orang Ahli sejarah yang menafsirkan bahwa sungai tersebut kiranya sungai Lekso sekarang. Perkiraan ini didasarkan atas tafsiran etimologis mengenai nama sungai yang disebut dalam kitab Pararaton.
Diceritakan dalam Pararaton bahwa tentara Daha (Raja Jayakatwang) yang menyerbu Singasari (Raja Kertanegara) bergerak melali jalan Utara (Mojosari dan jalan Selatan-Blitar). Yang bergerak melalui Selatan dikatakan bahwa tentara itu "Saking Pinggir Aksa anuju in Lawor...anjugjugring Singasari pisan". (Pararaton, Bab V) yang arti "Dari tepi Akso menuju Lawor...langsung menuju Singosari" (Penerjemah Ki J. Patmapuspita, 1966).
Nama atau kata aksa yang terdapat dalam kalimat tersebut kemudian diperkirakan menjadi kali Aksa dan akhirnya Lekso seperti yang kita kenal sekarang. jika ini dapat kita terima maka adanya sungai Lekso di Blitar membenarkan peranan daerah Blitar sebagai daerah perbatasan antara Panjalu (Daha, Kediri) dan Jenggala ( Malang, Pasuruan ke Timur).
Pendapat ini dapat di perkuat lagi dengan peta yang berasal dari Abad XVII yang dilakiskan kembali oleh De Jonge yang mengatakan "...disebelah Timur sungai ini (sungai Lekso) terbentang daerah Malang dan disebelah Baratnya daerah Blitar". (B. Schrieke, 1957).
Jika kita menelaah peta dan mengalihkan atau mengetrapkan kesan kita pada zaman yang lampau, maka akan nampak pada kita bahwa daerah Blitar merupakan lobang dan satu-satunya lobang yang ada pada garis perbatasan alamiah yang memanjang dari Utara ke Selatan (rawa-rawa sungai Porong, gunung Penanggungan, gunung Welirang, kompleks Arjuna, kompleks Kawi-Kelud ..., gunung Kendang Selatan).
Seperti yang kita katakan terdahulu, lobang ini merupakan lobang lalu-lintas yang penting antara dua kerajaan itu. Blitarlah yang mengawasi lalu-lintas ini hingga Blitar mendapatkan kedudukan yang boleh dikata istimewa. Ini dapat dilihat dari adanya banyak prasasti dan bangunan suci di Blitar yang hampir semua memberikan hadiah bebas pajak kepada desa-desa. Desa-desa ini di sebut Sima. Walaupun bebas pajak namun Sima-Sima ini dibebani tugas istimewa yang berhubungan dengan banungunan suci atau dengan raja berdasarkan atas pertimbangan ekonomis (Dr. Soek mono, 1974). Nampaknya raja-raja, sejak Balitung sampai jatuhnya kerajaan Majapahit, berkepentingan di daerah Blitar ini. Bahkan Raja terbesar Majapahit, ialah Hayamwuruk, selama Pemerintahanya tidak kurang dari tiga kali mengelilingi Blitar. Bahwa seorang raja yang berstatus prabu (maharaja) seperti Hayamwuruk itu sampai berkali-kali pergi ke Blitar, maka arti penting Blitar tidak dapat begitu saja diabaikan. Apakah arti penting Blitar di samping letaknya yang strategis itu belum dapat kita ketahui dengan pasti karena belum didapatnya sumber-sumber informasi yang lengkap lagi dapat di percaya.
Kecuali penting karena letaknya yang strategis ini, Blitar juga penting artinya bagi agama di zaman kuno. Tidak kurang dari sepuluh bangunan suci tersebar di daerah Blitar. Diantara bangunan bangunan suci ini maka bangunan suci di Penataranlah yang tersebar dan terpenting, karena candi Penataran itu merupakan candi di Negara (status tample) atau candi pusat kerjaan. Adanya candi Penataran di mulai ketika raja Kertajaya yang juga disebut Crengga mempersembahkan sima untuk pemujaan "sira paduka bhatara Palah". Prasasti ini dibubuhi angka tahun Caka 1119 (1197 AD).
Ditanah sima itu baru kemudian didirikan candi-candi seperti yang kita kenal sekarang. Memang, tempatdi mana sesuatu bangunan suci itu akan didirikan sebenarnya mempunyai fungsi yang lebih penting daripada bangunan sucinya sendiri. Tempat itu harus mengandung kekuatan-kekuatan magis religius yang bersifat menyelamatkan. Dr. Soekmono dalam disertasinya "Candi, fungis dan pengertiannya" menyatakan seperti berikut :
" Sesuatu tempat suci adalah suci karena potensinya sendiri. Maka sesungguhnya, yang primer adalah tanahnya, sedangkan kuilnya hanya menduduki tempat nomer dua".Jelaslah disini bahwa tanah atau tempat dimana bangunan-bangunan Candi Penataran itu berada dianggap tanah yang suci karena mengandung kekuatan-kekuatan gaib. Tetapi yang dianggap paling suci ialah titik pusat tanah atau halaman Candi Penataran dimana segala macam tenaga gaik bersatu dan perpusat. Pusat ini dianggap sebegitu keramatnya sehingga bangunan Candi induk pun tidak dipernankan menutupinya.
Halaman Sebelumnya
Halaman Selanjutnya

0 comments:

Welcome to our site

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "