Posts RSS RSS

SEJARAH BLITAR 3

/


Candi penataran dibangun berhubung dengan adanya Gunung kelud yang selalu mengancam ketentraman kehidupan kerajaan. Karena itu Candi Penataran bersifat Candi Gunung, ialah Candi yang diperuntukkan bagi pemujaan Gunung atau untuk menghindarkan segala malapetaka yang dapat di sebabkan oleh gunung.
Nama Penataran kemungkinan besar bukan nama Candinya tetapi nama Statusnya sebagai Candi di Pusat Kerajaan. Candi-candi pusat semacam ini di Bali juga disebut dengan Penataran, misalnya Pura Panataransasih, Pura Panataran Besakih. Kata "natar" menurut Dr. Soekmono, berarti pusat sehingga Penataran berarti Candi Pusat. Nama yang sebenarnya kita belum tahu.
Akhirnya dapat ditambahkan disini bahwa daerah Blitar itu memegang peranan yang unik dalam sejarah, ialah tempat yang baik untuk mengundurkan diri (terugval-basis) bagi mereka yang ingin menyusun kembali kekuatanya. Letaknya sangat strategis. Dari Blitar baik dataran tinggi sebelah Timur maupun Barat gunung Kawi dapat diancam. Ken Arok mungkin tahu akan hal ini dan ia menjadi raja.
TINJAUAN DARI SUDUT SEJARAH DAN KEPURBAKALAAN
Salah satu sumber sejarah terpenting adalah Pracasti (prasasti) , karena merupakan dokumen tertulis yang orosinil (Damais, 1968).Prasasti berarti : tulisan dalam bentuk puisi yang berupa pujian (matrical eulogitic inscription, Mc. Dannel, Sanskrit Dictionary 182a).
Prasasti juga berarti anugerah, karena umunya selaku Prasasti dalam arti pujian itu, di dasarkan atas anugerah yang diberikan seorang raja kepada rakyatnya. Dalam Prasasti, dalam arti anugerah itu, disebutkan berlakunya hak istimewa yang turun-temurun. Istilah untuk itu dalam Negara Kertagama disebut purwasarirareng prasatyalama tan rinaksan iwo, yang berarti hak-hak istimewa yang sejak dahulu dilindungi oleh Prasasti kuno. Enam abad yang lalu tepatnya pada bulan Waisaka tahun Saka 1283 atau tahun 1361 Masehi, Raja Majapahit Sri Hayamwuruk beserta pengiringya, singgah di Blitar dalam rangka perjalanan ke candi Palah (Penataran) untuk mengadakan upacara Puja. Bukan hanya di Blitar iringan tamu itu singgah, tetapi tempat-tempat yang disinggahi yaitu Sawentar (Lwangwentar), Jimbe, Lodoyo, Simping (Sumberjati), Mleri (Taleri) di Srengat.
Kunjugan Raja itu bukan sekali itu saja dilakukan, karena pada tahun 1357 M. (1279 Saka) Raja telah meninjau pantai Selatan serta menginap beberapa hari lamanya di Lodoyo. (Nag. punuh 17/5; 6; 41/4;61/2; 3.) Apabila Raja Hayamwuruk itu dalam kesempatan yang berlainan serta tujuan kunjungan yang berbeda, mengunjungi Blitar, hal itu memberikan petunjuk betapa pentingnya Blitar pada waktu itu, sehingga mendapat kunjungan istimewa beberapa kali. Dengan kata lain, Blitar dengan tempat-tempat lain sekitarnya telah lama dikenal sebagai tempat yang penting, dan selalu mendapat kunjungan Kepala Negara Majapahit. Blitar telah dikenal sejak lama dan dimasukkan dalam acara kunjungan resmi Sang Raja. Kenyataan ini membawa kita dalam suatu masalah sejak kapankah Blitar khususnya serta tempat-tempat lain disekitarnya pada umumnya muncul dalam arena sejarah? Jawaban persoalan ini akan membawa pula kepada penelusuran sejarah Blitar sejak kapan tercatat paling tua dalam sejarah pertumbuhannya. Dengan perkataan lain bilamanakah Blitar sebagai nama tempat, mulai dikenal dalam dokumen tertulis. Data tentang ini merupakan dasar untuk menetapkan hari jadi Kabupaten Blitar, suatu kabupaten yang berkembang dari suatu tempat yang telah merintis perjalan sejarah lebih kurang enam abad yang silam.

0 comments:

Welcome to our site

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "